Sepenggal Keresahan
Siang ini selepas pulang (duluan) dari sebuah acara, aku bergegas pulang ke rumah. Kau tau, cuaca mulai terasa panas, tandanya sebentar lagi musim dingin akan pergi. Orang-orang mulai menyimpan rapih jaket-jaket mereka dan kembali mengenakan pakaian kaos biasa. Begitupun aku yang hanya menggunakan kemeja belang lengan panjang hasil minjam yang mulai ditanyakan pemiliknya.
Sampai di rumah, ku lihat orang-orang dengan kesibukannya masing-masing. Setelah diselidiki ke kamar-kamar, kutemukan sesosok makhluk yang tak biasa kulihat di rumah, bajunya biru sedang asyik nonton tim kesayangannya bermain. Ku sapa dia dengan penuh rasa hormat dan penyesalan karena sebelumnya dia marah sampai mengeluarkanku dari grup angkatan. Ku ulurkan tanganku untuk sekedar minta maaf namun tak dihiraukan. Ok sip. Tamat.
Seperti biasanya, aku tersungkur di atas kasur di kamar berukuran sekitar 3,5 x 7 m, dengan jendela yang senantiasa tertutup, lampu yang selalu menyala dengan suasana yang menenangkan mata dan telinga namun tidak untuk hati yang hanya bisa ditenangkan dengan memperbanyak dzikrullah dan membaca al-Qur’an. Kalaupun ada cara lain untuk menenangkan hati, aku yakin tak akan lebih berhasil dari cara yang dua tadi.
Mengenai hari ini, tidak ada yang sama dengan hari sebelumnya, yang membedakan adalah keinginan saya untuk menulis. Tulisan ini hanya ekspresi dari keinginan untuk menulis. Meskipun tidak banyak manfaat yang bisa dipetik dari tulisan ini, tapi hanya dengan menulis keinginan ini bisa tersalurkan. Kau tau, bisa itu karena biasa.
Semua orang terlahir dengan potensi yang sama yaitu pikiran. Manusia pertama diberi potensi ini dan mampu mengetahui segala hal di muka bumi ini (QS. Al-Baqarah ayat 30). Dari sini kita harus percaya bahwa kita mampu mengetahui berbagai hal, karena potensi ini telah ada dalam diri kita. Tinggal bagaimana kita memaksimalkannya dan melawan rasa malas.
Masih di ruangan yang sama, suasana tenang diiringi lagu melankolis dan alunan nafas sang pemimpi menemaniku malam ini. Di kamar sebelah masih terdengar obrolan-obrolan, di luar sana masih sesekali terdengar suara kendaraan berlalulalang sedangkan di hati ini masih terdengar kerinduan akan hadirmu.
Kamu yang saat ini berada di tempat lain di negara yang sama. Sibuk dengan kegiatannya sendiri. Asal kamu tau, aku yang tak cukup punya keberanian untuk menyapa dan berkata “apa kabar? Lagi ngapain?”, hanya bisa melihat keasyikanmu lewat stalking dan bertanya ke teman dekatmu.
Sejatinya ketika aku sering muncul di grup sosmed, itu hanya segelintir usahaku untuk menarik perhatianmu, membuatmu kesal dengan ulahku sehingga tak jarang kamu langsung ngirim pesan langsung ke aku. Meskipun isinya kemarahan, sejujurnya aku senang dengan hal ini.
Dan sekarang karena kamu sudah tau caraku untuk menarik perhatiaanmu, aku harus mencoba cara lain yang bisa membuat marah atau terkesan. Tunggu saja!
Semoga kamu bahagia dengan kegiatanmu yang sekarang. Semoga hatimu lebih terhibur dan lebih bisa menerimaku kembali dikemudian hari. Do’a ini sebisa mungkin akan terus aku ucapkan untukmu[1].
Sebaiknya aku lekas tidur, semoga cepat terbangun dan tidak ketinggalan sholat shubuh berjamaah.
_________________________
[1] Openg, yang sedang rihlah.
Sampai di rumah, ku lihat orang-orang dengan kesibukannya masing-masing. Setelah diselidiki ke kamar-kamar, kutemukan sesosok makhluk yang tak biasa kulihat di rumah, bajunya biru sedang asyik nonton tim kesayangannya bermain. Ku sapa dia dengan penuh rasa hormat dan penyesalan karena sebelumnya dia marah sampai mengeluarkanku dari grup angkatan. Ku ulurkan tanganku untuk sekedar minta maaf namun tak dihiraukan. Ok sip. Tamat.
Seperti biasanya, aku tersungkur di atas kasur di kamar berukuran sekitar 3,5 x 7 m, dengan jendela yang senantiasa tertutup, lampu yang selalu menyala dengan suasana yang menenangkan mata dan telinga namun tidak untuk hati yang hanya bisa ditenangkan dengan memperbanyak dzikrullah dan membaca al-Qur’an. Kalaupun ada cara lain untuk menenangkan hati, aku yakin tak akan lebih berhasil dari cara yang dua tadi.
***
Mengenai hari ini, tidak ada yang sama dengan hari sebelumnya, yang membedakan adalah keinginan saya untuk menulis. Tulisan ini hanya ekspresi dari keinginan untuk menulis. Meskipun tidak banyak manfaat yang bisa dipetik dari tulisan ini, tapi hanya dengan menulis keinginan ini bisa tersalurkan. Kau tau, bisa itu karena biasa.
Semua orang terlahir dengan potensi yang sama yaitu pikiran. Manusia pertama diberi potensi ini dan mampu mengetahui segala hal di muka bumi ini (QS. Al-Baqarah ayat 30). Dari sini kita harus percaya bahwa kita mampu mengetahui berbagai hal, karena potensi ini telah ada dalam diri kita. Tinggal bagaimana kita memaksimalkannya dan melawan rasa malas.
***
Masih di ruangan yang sama, suasana tenang diiringi lagu melankolis dan alunan nafas sang pemimpi menemaniku malam ini. Di kamar sebelah masih terdengar obrolan-obrolan, di luar sana masih sesekali terdengar suara kendaraan berlalulalang sedangkan di hati ini masih terdengar kerinduan akan hadirmu.
Kamu yang saat ini berada di tempat lain di negara yang sama. Sibuk dengan kegiatannya sendiri. Asal kamu tau, aku yang tak cukup punya keberanian untuk menyapa dan berkata “apa kabar? Lagi ngapain?”, hanya bisa melihat keasyikanmu lewat stalking dan bertanya ke teman dekatmu.
Sejatinya ketika aku sering muncul di grup sosmed, itu hanya segelintir usahaku untuk menarik perhatianmu, membuatmu kesal dengan ulahku sehingga tak jarang kamu langsung ngirim pesan langsung ke aku. Meskipun isinya kemarahan, sejujurnya aku senang dengan hal ini.
Dan sekarang karena kamu sudah tau caraku untuk menarik perhatiaanmu, aku harus mencoba cara lain yang bisa membuat marah atau terkesan. Tunggu saja!
Semoga kamu bahagia dengan kegiatanmu yang sekarang. Semoga hatimu lebih terhibur dan lebih bisa menerimaku kembali dikemudian hari. Do’a ini sebisa mungkin akan terus aku ucapkan untukmu[1].
***
Sebaiknya aku lekas tidur, semoga cepat terbangun dan tidak ketinggalan sholat shubuh berjamaah.
_________________________
[1] Openg, yang sedang rihlah.
Cieee kode keras :v smoga si dianya peka :'v
ReplyDeleteistikharah-in jun :D
Delete