Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Aliran Listrik Ilaahi di Pagi Hari

Dengan tergesa-gesa, saya langsung pergi ke lapangan yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah sambil membawa bola. Kita sepakat untuk kumpul jam 6, saya terlambat sekitar setengah jam. Dua teman saya katanya sudah di lapangan dari jam 6.

Tiba di sana, saya bertemu kawan futsal yang lagi asik sepedahan. Tak lama, satu per satu mulai berdatangan, sampai jumlah kami sekitar 16 orang, 7 akhwat dan 9 ikhwan. Meskipun sedikit, hanya sekitar 10% dari jumlah angkatan kami seluruhnya, tapi lumayan lah jarang-jarang bisa kaya gini.

(Ari datang, masuk kamar tanpa permisi, berteriak ‘heeeeey!’ dengan sedikit tawa gak jelas yang menggelikan. Mengganguku menulis saja!)  

Dari jarak yang gak terlalu dekat, sebut saja Icha, memanggil sambil mengangkat tangan mengisyaratkan untuk menyudahi olahraga ini.

“Oke Cha siap!”

~ker rame-rame maen dititah enggeusan~
***

Langkah membawa kami ke tempat di samping lapangan, sebut saja tempatnya ashob, lalu membentuk posisi duduk yang melingkar seperti sedang rapat. Obrolan sersan (serius-santai) dimulai dengan membahas penutupan kegiatan angkatan. Seperti biasa, namaya juga sedang diskusi, selalu ada saja yang pro-kontra, ada juga yang jadi mustami’ dan ada saja yang fokus ke kamu HP.

Belum ada hasil yang kami sepakati setelah beberapa kali berbincang. Ini lebih kepada ketua kami, sebut saja Opik, yang belum hadir karena masih ada kegiatan. Akhirnya obrolan disudahi dan hasil-hasil yang masih nanggung diserahkan kepada Opik seluruhnya. In Sya Allah Khoeer Pik!

“Berarti udah nih?”.

“Iya udah, nanti biar aku aja sama opik yang berkesimpulan” Jawab Icha.

“Oke deh, makasih Cha, makasih semua, assalamu’alaikum!” Ucapku sambil membubarkan diri.

Kami membubarkan diri, sebagian ada yang pulang, sebagian lagi ada yang ikut mampir ke rumah terdekat.

“Buleee!” Teriak Icha yang belum beranjak dari tempatnya.

“Iya Cha?” Spontan saya menjawab sambil menolehkan badan setelah ku tinggalkan ia beberapa langkah.

“Makasih yaaa!”.

“Iya sama-sama Cha”.

Booooom! Mata kita bertemu, seolah ada aliran listrik ilahi yang Allah hadirkan pagi ini. Apakah ini pertanda Kairo akan turun salju? Apakah ini pertanda bulan purnama akan datang malam ini? Entahlah, tak perlu menduga-duga, lagi pula dia sudah sama kakak senior (katanya). Itu hanya ucapan ‘makasih’ biasa dari teman ke teman. Tapi… ada tapinya. Bagi sebagian orang, ucapan itu bisa sangat berarti, karena merasa lebih dihargai.

“Makasih loh Cha, jarang-jarang ada orang kaya kamu” Ucapku dalam hati. Cieeeee…

***
Rumah masih sepi, orang-orang masih asik dengan mimpinya. Sedangkan di kamarku, masih ada hati yang memimpi-mimpikan kamu dengan sebegitu candunya.

(Adzan Dzuhur)

--- The End ---


*Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

2 comments for "Aliran Listrik Ilaahi di Pagi Hari"

  1. Fikri dodol, memang... Cairo kota Cinta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau kairo kota cinta, lantas bandung kota apa?

      Delete