Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pelajaran dan Hikmah Nasab dan Kelahiran Nabi SAW


Beberapa prinsip dan pelajaran yang dapat kita ambil dari nasab dan kelahiran Nabi SAW :

1. Terdapat isyarat yang jelas bahwa Allah SWT telah memberi keistimewaan kepada bangsa Arab dibandingkan dengan bangsa yang lainnya dan melebihkan suku Quraisy atas suku-suku yang lainnya. Sebagaimana yang diisyarat dalam hadits dari Imam Muslim yang lalu dan beberapa hadits dengan makna yang sama.

Di antaranya hadits yang diriwayatkan dari Imam at-Tirmidzi sebagai berikut :

أنه -ص م- قام على المنبر فقال : من أنا ؟ فقالوا : أنت رسول الله عليك السلام, فقال : أنا محمد بن عبد الله بن عبد المطلب, إن الله خلق الخلق, ثم جعلهم فرقتين فجعلني في خيرهم فرقة, ثم جعلهم قبائل فجعلني في خيرهم قبيلة, ثم جعلهم بيوتا فجعني في خيرهم بيوتا وخيرهم نفسا. 

“Sesungguhnya Nabi SAW berdiri di atas minbar, lalu bertanya: Siapa aku? Para sahabat menjawab: Engkau utusan Allah -keselamatan atas-Mu-, lalu Nabi berkata: Saya adalah Muhammad anak Abdullah bin Abdul Muthallib. Sesungguhnya Allah-lah yang menciptakan makhluk. Kemudian Allah menjadikan mereka dua golongan, maka Allah menjadikan aku pada golongan yang terbaik. Kemudian Allah menjadikan mereka berbangsa-bangsa, maka Allah menjadikan aku pada bangsa yang terbaik. Lalu Allah menjadikan mereka bersuku-suku, maka Allah menjadikan aku pada suku yang terbaik dan jiwa yang terbaik”.

Ketahuilah bahwa kasih sayang Rasulullah SAW itu terdapat pada kasih sayang kaum tempat Ia berada dan pada suku tempat Ia dilahirkan. Bukan pada individu dan jenis, tetapi pada kenyataan, karena kenyataan bangsa Arab Quraisy ini telah diberi kehormatan dengan adanya Rasullulah pada garis keturunnya.

Tidak dapat dipungkiri juga adanya orang yang menyimpang dari bangsa Arab atau Quraisy dari jalan Allah SWT, bahkan lebih merosot dari pada itu. Sejatinya bahwa penyimpangan ini akan merusak dan menghilangkan hubungan antara dirinya dan Rasulullah SAW.

2. Terlahir sebagai yatim, ditinggalkan oleh kakeknya, menjalani masa awal pertumbuhan jauh dari bimbingan dan perhatian ayahnya, kehilangan kasih sayang ibunya bukanlah suatu kebetulan, melainkan atas kehendak Allah SWT untuk tujuan tertentu. Di antara tujuan yang terpenting adalah agar tidak ada celah bagi mereka yang ingkar memasukan keraguan dalam hati dan pikiran manusia, bahwa sesungguhnya dakwah dan risalah Muhammad SAW yang digaungkannya sejak kecil atas perintah dan bimbingan ayah dan kakeknya. Bagaimana tidak, kakeknya Abdul Muthallib adalah seorang pembesar kaumnya, ia memiliki dukungan dan kedudukan. Maka adalah hal yang wajar bila seorang kakek mendidik cucunya atau seorang ayah mendidik anaknya untuk mewarisi apa yang mereka punya.

Allah SWT telah menghendaki demikian agar tidak ada celah bagi mereka yang hendak meragukan kenabian Muhammad. Maka sampai periode awal pertumbuhannya, beliau jauh dari Pendidikan ayah, ibu dan kakeknya. Allah SWT tempatkan beliau di padang Bani Sa’d jauh dari semua keluarganya. Sampai kakeknya meninggal, beliau berada dalam tanggung jawab pamannya Abu Thalib sampai ia meninggal tiga tahaun sebelum hijrah. Isyarat ini pun melengkapi kehendak Allah SWT sebelumnya, agar tidak ada bayang-bayang pamannya dalam dakwah Nabi.

Demikianlah hikmah dari terlahirnya Rasulullah SAW sebagai seorang yatim, berada dalam perhatian Allah SWT semata jauh dari keluarganya yang terlalu memanjakannya dan kemewahan yang akan didapatkan. Hal ini bertujuan agar tidak ada kecondongan dalam diri beliau kepada harta dan tahta, agar tidak terpengaruh oleh kedudukan, sehingga kesucian kenabian dan kedudukan dunia di antara orang-orang menjadi tidak jelas dan agar tidak ada yang mengira bahwa beliau merekayasa kenabian untuk mendapakan kedudukan dunia.

3. Berdasarkan riwayat sirah nabawiyyah yang disepakati tentang tempat-tempat Halimah as-Sa’diyyah yang Kembali hijau dan subur setelah sebelumnya dilanda kekeringan, susu-susu unta Kembali terisi penuh setelah sebelumnya tidak menetes sama sekali. Hal ini menunjukan tingginya kedudukan Rasulullah SAW di sisi tuhannya, bahkan sejak beliau masih kecil. Di antara wujud kemulian Allah SWT kepada Nabi SAW adalah memulikan keluarga Halimah as-Sa’diyyah karena telah menyusui Nabi SAW.

Demikianlah di antara keberkahan adanya Rasulullah di antara Bani Sa’ad, sebagaimana firman Allah SWT

( وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين ) { الأنبياء : 107 } 

“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” [ al-Anbiyaa : 107 ]

4. Kejadian pembelahan dada Nabi SAW ketika beliau berada di antara Bani Sa’ad merupakan sebuah petunjuk bahwa Allah SWT telah memilihnya untuk sesuatu hal yang besar. Hal ini diriwayatkan dengan jalan yang shohih dan dari mayoritas sahabat di antaranya Anas bin Malik bersadarkan riwayat Muslim dalam kitabnya :

“Sesungguhnya Jibril telah datang kepada Rasullullah SAW ketika beliau sedang bermain bersama temannya, lalu Jibril membawa dan memegangnya, membelah dadanya dan mengambil lalu mengeluarkan segumpal darah dari harinya. Lalu Jibril berkata : “Ini adalah bagian setan darimu”. Jibril kemudian mencucinya dalam wadah yang terbuat dari emas dengan air zam-zam, lalu ditumpuk, kemudian dikembalikan ke tempatnya. Sementara teman-temannya menjumpai ibunya (maksudnya orang yang menyusuinya) dengan berlari-lari sembari mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad telah dibunuh”. Kemudian mereka bersama-bersama menjumpainya, sedangkan dia dalam keadaan berubah rona kulitnya (pucat).

Hikmah dari peristiwa ini -Wallahu ‘Alam- bukanlah mengeluarkan pesegumpal darah jahat (penyakit) di dalam tubuh Rasulullah SAW, melainkan peristiwa tersebut adalah sebagai pemberitahuan sebagai utusan Allah SWT dan sebagai persiapan untuk menerima wahyu sejak kecil dengan material sebagil perantaranya. Tujuannya adalah agar lebih dekat kepada kepercayaan orang-orang terhadap Nabi dan membenarkan risalahnya. Dengan demikian, peristiwa pembelahan itu bisa disebut sebagai pembersihan secara maknawi, tetapi dalam bentuk sensor fisik, agar pesan ilahi tersebeut terdengar dan terlihat oleh orang-orang.




Wallahu 'Alam

Oleh : Fikri Nurfalah
Sumber : Fiqh Siirah an-Nabawiyyah karya Doktor Muhammad Sa'iid Ramadlan al-Buuthii

Post a Comment for "Pelajaran dan Hikmah Nasab dan Kelahiran Nabi SAW "